Wednesday, August 4, 2010

POLA IKLIM (POLA HUJAN) DI INDONESIA

Cuaca adalah keadaan fisis atmosfer pada suatu saat (waktu tertentu) di suatu tempat, yang dalam waktu singkat berubah keadaannya (gerak udaranya). Sedangkan iklim adalah keadaan rata-rata atmosfer pada suatu tempat dan dalam jangka waktu yang panjang. Faktor umum pembentuk cuaca dan iklim antara lain radiasi matahari, sirkulasi atmosfer dan faktor lokal.Indonesia terletak di sekitar ekuator yang diapit oleh dua benua,yaitu Benua Asia dan Australia dan dua samudera yakni Samudra Hindia dan Pasifik. Ditambah lagi wilayahnya yang berwujud kepulauan (maritim) menyebabkan Indonesia mempunyai cuaca dan iklim yang unik. Dua sirkulasi yakni Hadley dalam arah meridional dan Walker dalam arah zonal berpadu dan menyebabkan keragaman cuaca dan iklim yang tidak ada duanya di bumi ini. Posisi matahari yang bergerak semu dari 23.5º LU menuju ke 23.5º LS sepanjang tahun menyebabkan pengaruh monsun sangat dominan mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi yang sangat beragam maka sistem golakan lokal juga cukup dominan dan pengaruhnya terhadap keragaman iklim di Indonesia tidak dapat diabaikan. Pengaruh topografi yang kompleks memegang peranan penting dalam pembentukan cuaca dan iklim yang khas di suatu daerah, seperti angin lembah, angin gunung, angin darat dan angin laut. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim Indonesia ialah gangguan siklon tropis.  Semua aktifitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun.
 Dari parameter cuaca dan iklim yang ada, curah hujan merupakan elemen iklim yang paling penting. Berdasarkan faktor-faktor dan variabel yang mempengaruhi pembentukan cuaca, maka secara umum pola iklim di Indonesia berdasarkan distribusi curah hujan bulanan maupun dasarian (sepuluh harian) dibagi menjadi 3 (tiga) pola hujan, yaitu :
1.   Pola hujan monsunal
Pola monsunal dicirikan oleh distribusi curah hujan bulanan berbentuk V dengan jumlah curah hujan musiman rendah pada bulan Juni, Juli atau Agustus. Pada kondisi normal, saat monsun barat akan mendapat curah hujan yang berlimpah (musim hujan) sedangkan pada saat monsun timur jumlah curah hujannya sangat sedikit (musim kemarau). Pada pola hujan monsunal wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau. Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret.  Tipe grafik curah hujan bersifat unimodial (memiliki satu puncak musim hujan). Puncak maksimum musim hujan yaitu pada bulan Januari / Desember. Sementara itu lembah minimum terjadi pada bulan Agustus pada saat musim kemarau. Tipe monsunal dipengaruhi oleh angin musiman (monsun), baik angin baratan maupun angin timuran yang bertiup akibat adanya perbedaan musim di Belahan Bumi Utara (BBU) dan Belahan Bumi Selatan (BBS). Pola hujan monsunal terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera.

2.       2. Pola hujan equatorial
        Pola equatorial dipengaruhi oleh gerak revolusi bumi mengelilingi matahari, dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu mempunyai dua puncak musim hujan (berbentuk huruf M) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator atau pada saat terjadi ekinoks. Ekinoks terjadi dua kali selama periode revolusi (1 tahun) yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Pada waktu ekinoks, energi matahari yang diterima pada daerah sekitar equator adalah maksimum, kemudian berkurang ke arah kutub sehingga energi matahari di daerah kutub menjadi nol. Selain itu, wilayah dengan pola ini mempunyai dua lembah minimum pada musin kemarau yang terjadi pada bulan Januari dan bulan Juli dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kriteria musim hujan. Pada pola ini, angin monsun kurang berpengaruh dibandingkan dengan pengaruh insolasi (radiasi matahari yang diterima bumi) pada saat terjadi ekinoks. Wilayah Indonesia di sepanjang garis equator sebagian besar mempunyai pola hujan equatorial, seperti Padang dan Pontianak.

3.     3.  Pola hujan lokal
           Tipe lokal lebih dipengaruhi oleh kondisi lokal suatu wilayah dan memiliki satu puncak maksimum yang terjadi pada musim hujan. Pada pola hujan lokal wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan berkebalikan dengan pola monsunal. Pola lokal memiliki ciri bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsunal. Sehingga puncak musim hujan terjadi sekitar pertengahan tahun. Pola hujan lokal dipengaruhi oleh efek orografi. Salah satu wilayah yang mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku).
   

6 comments: