Saturday, February 9, 2013

Analisis Intensitas Siklon Tropis



Analisis Intensitas Siklon Tropis Lua

Tanggal 16 Maret 2012 Jam 10.00 UTC

Pada Citra Satelit Meteorologi Dengan Metode Dvorak



Isti Ma’atun Nasichah

Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang




ABSTRAK

Siklon tropis adalah istilah untuk sistem bertekanan rendah yang berkembang di wilayah tropis dekat garis khatulistiwa. Siklon Lua muncul pertama kali tanggal 9 Maret 2012 pada posisi 14° LS, 112° BT di Samudera Hindia barat laut Australia.

Penulis menggunakan data citra satelit MTSAT channel IR1 yang diperoleh dari BOM dengan LRITAPL pada saat kejadian siklon tropis Lua tanggal 9 – 18 Maret 2012. Untuk menganalisa intensitas siklon hanya digunakan data citra satelit tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah teknik Dvorak yang diolah dengan GMSLPD.

Pada tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC, pola perawanan siklon Lua adalah pola Curved Band dengan pusat siklon pada posisi 16,27° LS , 116,93° BT dan berada dalam kategori typhoon. Intensitas siklon Lua berupa kecepatan angin maksimum (MSW) sebesar 71 knot dan tekanan minimum permukaan laut (MSLP) sebesar 965hPa.

Kata Kunci : Kabut, Kabut Radiasi 
 

1.        PENDAHULUAN

Indonesia berada di daerah ekuator tepatnya pada 94° BT sampai 141° BT dan 6° LU sampai 11° LS. Hal ini menyebabkan Indonesia dapat dikatakan bebas dari jejak siklon tropis. Tetapi efek dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai tempat di Indonesia.

Aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) menghasilkan tekanan rendah (Tropical Depression) yang diberi nama Lua pada 14° LS, 112° BT di Samudera Hindia barat laut Australia pada tanggal 9 Maret 2012. Tekanan rendah bergerak ke selatan secara perlahan dan semakin intensif. Sistem mencapai tahap Tropical Cyclone pada tanggal 14 Maret jam 01.00 UTC dan mencapai tahap Severe Tropical Cyclone tanggal 16 Maret.  Tanggal 17 Maret jam 01.00 UTC, Lua bergerak ke arah selatan - tenggara dan mencapai tahap Typhoon. Siklon Lua memasuki daratan Australia sebelah barat laut pada tanggal 17 Maret jam 08.00 UTC dan punah pada tanggal 18 Maret jam 04.00 UTC.
Siklon Lua merupakan siklon ke-5 di Region Barat selama periode 2011 – 2012.  Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui tekanan terendah pada siklon Lua mencapai 930 hPa dan kecepatan angin maksimum 165 kilometer per jam. Dampak signifikan dari siklon tropis ini menyebabkan kerusakan bangunan, pohon tumbang, dan banjir. 

1.        TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Siklon Tropis
Secara meteorologi, siklon tropis adalah istilah genetik untuk sistem bertekanan rendah yang berkembang di wilayah tropis dekat garis khatulistiwa. Siklon tropis merupakan pusaran angin kencang yang diameternya dapat mencapai 200 km dengan kecepatan angin di atas 200 km/jam dengan jarak trayektori (jauh lintasan) dapat mencapai 1000 km. Setiap tahun badai dapat tumbuh dan berkembang di daerah samudra yang ada di permukaan bumi. Sebuah sirkulasi belum dapat disebut sebagai badai jika tidak memenuhi beberapa kualifikasi salah satunya adalah memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63 km/jam). (Zakir, 2006).
Kebanyakan siklon tropis (65%) terbentuk di daerah antara 10° dan 20° dari ekuator, sedikit sekali (±13%) yang muncul pada lintang 22° U, dan siklon tropis tidak muncul di daerah 4° dari ekuator. Tidak munculnya siklon tropis di daerah sekitar ekuator menunjukan pentingnya rotasi bumi dan gaya Corioli dalam pembentukan siklon tropis. (Tjasyono, 1999). Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena energi siklon tropis di dapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.
Sebuah siklon tropis kuat mempunyai struktur sebagai berikut :

  • ·     CDO (Central Dense Overcast), merupakan daerah menyerupai pita melingkar di sekitar inti yang padat akan awan, hujan dan badai petir.
  • ·    Mata, pada siklon tropis kuat berbentuk lubang melingkar di pusat sirkulasinya, umumnya tenang dan tidak berawan. Pada siklon tropis lemah, CDO menutupi pusat sirkulasi sehingga mata tidak terlihat.
  • Dinding mata, menyerupai pita melingkar di sekitar mata yang memiliki intensitas angin dan konveksi panas paling tinggi. Pada siklon tropis, kondisi pada dinding mata yang paling berbahaya.
  • ·     Aliran keluar (outflow), pada bagian atas siklon tropis angin bergerak keluar dari pusat dengan arah putaran berlawanan dengan siklon, sedangkan pada bagian bawah angin berputar kuat, melemah seiring dengan pergerakan naik dan akhirnya berbalik arah.

  • ·      Tekanan udara permukaan rendah siklon tropis berputar di sekitar daerah bertekanan udara permukaan rendah. Dari seluruh tekanan udara pada ketinggian permukaaan air laut yang terukur maka tekanan udara di daerah siklon tropis merupakan yang terendah.
  • ·       Inti hangat uap air yang naik ke atmosfer yang dingin akan mengembun dan melepaskan panas yang kemudian didistribusikan secara vertikal pada bagian inti siklon tropis yang menyebabkannya terasa hangat.

Siklon tropis umumnya tumbuh dan berkembang di perairan tropis yang hangat, dengan beberapa syarat dan kondisi yang harus terpenuhi, yaitu :
·       -  Suatu lautan luas  homogen yang terletak antara 10° - 20° baik LU atau LS.
·       -  Suhu muka lautnya di atas 27°C.
·       -  Beda antara suhu muka laut dan suhu udara di atasnya sekitar 2°C.
·       -  Kelembaban udara tinggi.
·       -  Adanya gangguan misalnya pusaran dan Gelombang Timuran. (Soerjadi, 1995).

Siklon tropis dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori antara lain adalah :
1.   Tropical Depression ( TD ), yaitu siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya kurang dari 63 km/jam, dan pusatnya belum jelas.
2.    Tropical Strom ( TS ), kecepatan angin maksimum antara 63 – 87 km/jam.
3.    Severe Tropical Strom ( STS ), siklon tropis yang memiliki kecepatan angin maksimum sebesar 88 – 117 km/jam.
4.   Typhoon ( T ), siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya lebih dari 118 km/jam. (Bureau of meteorology Australia. 2007).

Sedangkan siklus hidup siklon tropis dapat dibagi menjadi empat tahapan mulai dari proses pembentukannya hingga saat kepunahannya, yaitu :
1. Tahap Pertumbuhan, ditandai dengan adanya gangguan pada arus timuran dan shearline pada arus pokok sehingga terbentuk seperti mangkuk dekat pusat gelombang, kemudian  tumbuh vortex diikuti dengan penurunan  tekanan secara perlahan  – lahan.
2. Tahap Remaja (belum  dewasa), siklon sudah tampak dan tekanan permukaan sudah di bawah 1000 mb, pada streamline pola angin sudah tampak jelas, medan anginnya ditandai dengan  meluasnya sirkulasi pada arah horizontal dan vertikal.
3. Tahap Dewasa, diketahui dengan penurunan tekanan paling minimum pada daerah pusat siklon tropis, kecepatan angin makin besar, aktivitas cuacanya semakin buruk dan terbentuk mata siklon.
4. Tahap Punah, terjadi ketika siklon tropis memasuki daerah lautan yang panas latennya rendah atau telah memasuki daratan sehingga tidak ada lagi sumber tenaga, dalam hal ini memasuki daerah yang uap airnya rendah.

Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, namun demikian keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia seperti daerah pumpunan angin, daerah belokan angin, dan daerah defisit kelembaban.

2.2  SATAID Dvorak (GMSLPD)

Dalam usaha pencegahan bencana alam yang berkaitan dengan meteorologi, seperti siklon tropis dan hujan lebat, peran satelit meteorologi dalam memprakirakan cuaca tidak dapat diragukan lagi. Namun, untuk lebih mengefektifkan penggunaan satelit meteorologi, adalah penting untuk menganalisa citra dan mengambil informasi darinya. Saat ini tidak ada cara lain selain menganalisa citra satelit secara subyektif melalui mata penglihatan manusia, sedangkan analisis yang berkualitas membutuhkan penguasaan interpretasi citra secara baik.
Saat ini, perkembangan komputer dapat mempermudah tampilan citra satelit ke layar komputer. Meteorological Satellite Center JMA telah mengembangkan suatu sistem Computer Aided Learning (MSC-CAL) untuk menampilkan citra satelit sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan analisa citra. Sistem inilah yang kemudian disebut “SATAID” (Satellite Animation and Interactive Diagnosis). Selain program dasar, terdapat satu program dari SATAID yaitu program GMSLPD yang didesain dengan fungsi-fungsi yang berguna untuk keperluan analisis siklon tropis. Berikut adalah tampilan program GMSLPD.
Metode yang digunakan dalam program ini adalah teknik Dvorak. Metode ini sangat dipengaruhi oleh pandangan subyektif seorang prakirawan namun metode ini berguna dan mudah. Meteorological Satellite Center (MSC) of Japan Meteorological Agency menggunakan teknik Dvorak dan citra GMS untuk memprakirakan intensitas. Teknik Dvorak dibagi menjadi analisa VIS menggunakan citra visible dan analisa EIR (enhanced infrared images) menggunakan citra inframerah yang telah dimodifikasi gradasi warnanya. Dalam hal ini MSC lebih menggunakan analisa EIR obyektif daripada analisa VIS untuk memprakirakan intensitas. Dvorak (1984) mengkaitkan perkembangan model pola perawanan dengan intensitas siklon tropis (kecepatan angin maksimum, tekanan minimum permukaan laut) menggunakan suatu pendekatan statistik, dan menciptakan sebuah metode untuk memprakirakan intensitas dari pola perawanan. 

Teknik Dvorak menggambarkan tingkat perkembangan sistem awan menggunakan T-number dan CI-number (merupakan sebuah fungsi dari T-number dan perlemahan dari typhoon).  CI-number dan kecepatan angin maksimum (rata-rata 10 menitan) dari sebuah typhoon berkorelasi secara statistik. Tekanan pada pusat typhoon diperkirakan dari CI-number berdasarkan pada hubungan statistik dengan kecepatan angin maksimum. 

3.        DATA DAN METODE

3.1.  Data
Data yang digunakan dalam kajian ini berupa data citra satelit MTSAT channel IR1 yang diperoleh dari BOM dengan LRITAPL pada saat kejadian siklon tropis Lua tanggal 9 – 18 Maret 2012. Untuk menganalisa intensitas siklon hanya menggunakan data citra satelit tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC.

3.2.  Metode
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah teknik Dvorak. Secara umum, analisa intensitas siklon tropis dengan menggunakan data citra satelit yang diolah dengan GMSLPD adalah sebagai berikut.
1.   Menjalankan program GMSLPD (SATAID Dvorak).
2.   Meregister data citra satelit IR1 tanggal 9 – 18 Maret 2012.
3.   Menganimasikan citra yang telah di register dan memperhatikan perkembangan siklon tropis tersebut.
4.   Melakukan analisa EIR – Analysis Diagram dari Dvorak untuk data citra satelit tanggal 16 Maret jam 10.00 UTC. 
5.  Melakukan identifikasi CI-number hingga didapat intensitas siklon tropis berupa kecepatan angin maksimum dan tekanan minimum permukaan laut dengan menggunakan tabel berikut.

 
 

Perencanaan PLTP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
 Perkembangan penduduk yang semakin meningkat membuat permintaan akan kebutuhan listrik juga bertambah tinggi. Namun, meningkatnya permintaan masyarakat akan kebutuhan listrik ternyata tidak sejalan dengan produksi listrik yang dihasilkan PLN. Meningkatnya kebutuhan listrik dari tahun ke tahun tidak tidak sebanding dengan pembangkit listrik yang beroperasi, sehingga PLN tidak dapat memenuhi lonjakan beban puncak permintaan energi listrik. Peramalan kebutuhan energi listrik dimasa yang akan datang menjadi sangat penting sebab rencana pengembangan sistem kelistrikan sangat bergantung dari hasil perkiraan kebutuhan energi listrik. Dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik, sarana pembangkitan listrik harus ditambah agar tidak terjadi krisis listrik.
Di saat persediaan bahan bakar fosil semakin menipis diperlukan alternatif pemenuhan energi listrik pengganti bahan bakar fosil, pengembangan energi alternatif menjadi lebih mendesak untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia sebesar ±40% dari cadangan dunia yaitu 25.875 MW. Baru sekitar ±4% yang telah dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. PLTP tidak mengeluarkan emisi yang mengotori lingkungan. Jenis gas buang (96%) terdiri dari gas CO2, dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan bagi proses pembuatan minuman kaleng seperti soft drink dan sebagainya.
Daerah panas bumi Danau Ranau mempunyai luas daratan sekitar 127 km² dan termasuk ke dalam dua provinsi, yaitu 70% luas daerah di Kecamatan Sukau, Lampung Barat, Provinsi Lampung dan 30% luas daerah di Kecamatan Banding Agung, OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Prospek panas diperkirakan berada di sekitar Talang Gedung dan Talang Waiwangi yang termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan. Potensi energi terduga pada reservoir panas bumi daerah Danau Ranau adalah sebesar ± 37 MW.

Kondisi lahan pada umumnya merupakan daerah dengan pepohonan yang lebat. Kebutuhan listrik di daerah ini masih dipenuhi dengan listrik tenaga diesel yang hanya cukup untuk memenuhi kelistrikan di sekitar perkotaan. Kelistrikan belum mencapai sampai pelosok-pelosok desa, rumah-rumah penduduk masih menggunakan mesin generator dengan bahan bakar diesel untuk penerangan.

1.2     Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini meliputi tentang latar belakang pengembangan PLTP, energi panas bumi, analisis ketersediaan panas bumi di sekitar danau ranau, biaya dalam perencanaan pembangunan dan pembangkitan, peramalan beban, penilaian kelayakan dan analisa dampak lingkungan.
1.3     Tujuan
          Perencanaan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi ini bertujuan untuk :
1.      - Mengetahui potensi panas bumi
2.      - Mengetahui prinsip kerja dan komponen – komponen  pada PLTP.
3.      - Memberikan gambaran peluang investasi pengembangan energi dan kelistrikan.
4.     -  Memberikan manfaat dan informasi mengenai potensi pemanfaatan pembangkit energi panas bumi untuk pemenuhan kebutuhan listrik
.

     BAB II
LANDASAN TEORI

2.1     Perhitungan Potensi Panas Bumi
Panas bumi adalah sumber energi sebagai panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (> 225 °C), hanya beberapa di antaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225 °C). Pengalaman dari lapangan panas bumi yang telah dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan bahwa sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan sedang sangat potensial bila diusahakan untuk pembangkit listrik. Berdasarkan kondisi geologinya, sumber panas bumi yang ada di Indonesia dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
·        energi panas bumi uap panas
·        energi panas bumi air panas
·        energi panas bumi batuan panas
Perkiraan atau penilaian potensi panas bumi pada prinsipnnya mempergunakan data – data geologi, geofisika, dan geokimia. Analisa – analisa kimia memberikan parameter – parameter yang dapat digunakan untuk perkiraan potensi panas bumi di suatu daerah. Untuk menghitung perkiraan potensi daerah ini dapat dihitung dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah aktif yang didapat dari anomali Hg, CO2, serta tahanan jenis rendah. Potensi energi terduga panas bumi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Lump Parameter.
Q = 0.2317 x A x (Tr-Tc)
dimana   Q  = Potensi energi panas bumi terduga (MW)
               A  = Luas daerah prospek (km2)
               Tr  = Temperatur reservoir (oC)
               Tc  = Temperatur cut off (oC)
Energi panas bumi di daerah ini mempunyai beberapa peluang untuk dikembangkan, diantaranya adalah :
·       Penghematan pengeluaran dana untuk pembelian bahan bakar minyak bumi atau batubara.
·      Kebutuhan energi cukup besar terutama untuk tenaga listrik pelosok pedesaan yang belum tercapai oleh jaringan PLTD dari kedua daerah tersebut.
·      Lokasi panas bumi dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat, dapat dikembangkan secara terpadu dengan potensi wisata danau maupun gunung api dan tersedia cukup sarana air untuk kegiatan ekplorasi maupun eksploitasi, serta cukup tersedia tenaga kerja.
Beberapa faktor yang bisa menjadi kendala dalam pengembangan panas bumi di daerah ini antara lain : medan atau bentuk topografi yang bergelombang dengan beberapa tebing-tebing terjal dapat menghambat pemilihan lokasi eksplorasi/eksploitasi.
·        Medan terjal ini juga berpeluang terjadi bencana tanah longsor
·      Lokasi prospek terdapat di perbatasan Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan, hal ini bisa berpeluang timbulnya sengketa (rawan sengketa)
·        Birokrasi yang bertele-tele di daerah bias membuat para pengembang tidak tertarik untuk menanam modal.

 2.2    Teknologi dan Prinsip Kerja PLTP
Pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas bumi sebagai energi penggeraknya. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut : fluida panas yang berasal dari steam sumur uap akan disalurkan ke steam receiving header, kemudian oleh separator air dan uap dipisahkan. Uap akan digunakan untuk menggerakkan turbin, sehingga dihasilkan listrik.
          Secara garis besar, teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dibagi menjadi 3 macam didasarkan pada suhu dan tekanan reservoir, yaitu :
·      Uap kering (dry steam)
Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas (>235 °C, dan air yang tersedia di reservoir sangat sedikit jumlahnya. Cara kerjanya adalah uap dari sumber panas bumi langsung masuk ke turbin melalui pipa. kemudian turbin akan memutar generator untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini merupakan teknologi tertua yang digunakan oleh Lardarello, Italia pada tahun 1904. Jenis ini adalah cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas yang tinggi. Contoh jenis ini adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP Dieng 1 x 2000 kW.
Bilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, maka dapat dipergunakan PLTP jenis condensing dan dipergunakan kondensor dengan kelengkapannya seperti menara pendingin dan pompa. Tipe ini adalah sesuai untuk kapasitas lebih besar. Contohnya  PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP Drajad 1x 55 MW.

·       Flash steam
Teknologi ini bekerja pada suhu > 182 °C pada reservoir. Cara kerjanya adalah bilamana lapangan menghasilkan terutama air  panas, perlu dipakai suatu separator yang memisahkan air dan uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam tangki yang bertekanan lebih rendah sehingga cairan tersebut menguap dengan cepat menjadi uap yang memutar turbin dan generator sehingga menghasilkan listrik. Air panas yang tidak menjadi uap akan dikembalikan ke reservoir melalui injection wells. Contohnya PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.

·       Binary cycle
Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107 – 182 °C. Cara kerjanya adalah uap panas dialirkan ke salah satu pipa di heat exchanger untuk menguapkan cairan di pipa lainnya yang disebut pipa kerja. Pipa kerja adalah pipa yang langsung terhubung ke turbin. Uap ini akan menggerakan turbin yang telah dihubungkan ke generator. dan menghasilkan energi listrik. Cairan di pipa kerja memakai cairan yang memiliki titik didih yang rendah seperti Iso-butana atau Iso-pentana.
Keuntungan teknologi binary cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber panas bumi bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. Sehingga diperkirakan akan banyak dipakai di masa depan. Sedangkan teknologi dry dan flash steam menghasilkan emisi karbondioksida, nitritoksida dan sulfur, namun 50x lebih rendah dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit minyak.

2.3     Komponen Utama PLTP
a.    Steam Receiving Header
Merupakan suatu tabung yamg berdiameter 1800 mm dan panjang 19.500 mm yang berfungsi sebagai pengumpul uap sementara dari beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan ke turbin. Steam receiving header dilengkapi dengan sistem pengendalian kestabilan tekanan (katup) dan rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari tekanan lebih dalam sistem aliran uap. Dengan adanya steam receiving header ini pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur produksi.

b.    Vent Structure
Merupakan bangunan pelepas uap dengan peredam suara. Vent structure terbuat dari beton bertulang berbentuk bak persegi panjang, bagian bawahnya disekat dan bagian atasnya diberi tumpukan batu agar pada saat pelepasan uap ke udara tidak mencemari lingkungan. Dengan menggunakan nozzle diffuser maka getaran dan kebisingan dapat diredam. Vent structure dilengkapi dengan katup – katup pengatur yang sistem kerjanya pneumatic. Udara bertekanan yang digunakan untuk membuka untuk membuka dan menutup katup diperoleh dari dua buah kompresor yang terdapat di dalam rumah vent structure. Pengoperasian vent structure dapat dioperasikan dengan cara manual ataupun otomatis (system remote) yang dapat dilakukan dari panel ruangan kontrol (control room).
Adapun fungsi dari vent structure adalah sebagai berikut:
·        sebagai pengatur tekanan (agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan)
·        sebagai pengaman yang akan membuang uap bila terjadi tekanan lebih di steam receiving header
·        membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop.

c.    Separator
Separator adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah zat – zat padat, silica, bintik – bintik air, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam separator. Kemudian kotoran dan zat lain yang terkandung dalam uap yang masuk ke dalam separator akan terpisah. Separator yang dipakai adalah jenis cyclone berupa silinder tegak dimana pipa tempat masuknya steam dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk arah aliran sentrifugal.
Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis, maka kondensat dan partikel – partikel padat yang ada dalam aliran uap akan terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector sampai mencapai maksimum atau sampai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa bagian atas dari separator. Kotoran yang ada dalam dust collector di – drain secara berkala baik otomatis ataupun manual. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak pada turbin.

d.    Demister
Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang berukuran 14.5 m³ didalamnya terdapat kisi – kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir – butir air yang terbawa oleh uap dari sumur – sumur panas bumi. Di bagian bawahnya terdapat kerucut yang berfungsi untuk menangkap air dan partikel – partikel padat lainnya yang lolos dari separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin merupakan uap yang benar– benar uap yang kering dan bersih. Karena jika uap yang masuk ke turbin tidak kering dan kotor, akan menyebabkan terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas demister langsung menabrak kerucut, karena perbedaan tekanan dan berat jenis maka butiran air kondensat dan partikel – partikel padat yang terkandung dalam di dalam uap akan jatuh. Uap bersih akan masuk ke saluran keluar yang sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu dan untuk selanjutnya diteruskan ke turbin.
Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir (final separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan terletak di luar gedung pembangkit.

e.    Turbin
Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memiliki turbin sebagai penghasil gerakan mekanik yang akan diubah menjadi energi listrik melalui generator. Turbin yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Turbin dirancang dengan memperhatikan efisiensi dan performanya yang disesuaikan dengan kondisi dan kualitas uap panas bumi.
 f.     Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik. Perputaran pada generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya gerak magnet yang menghasilkan energi listrik. Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8 kV ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap generator.

 g.    Trafo Utama (Main Transformer)
 h.    Switch Yard
Switch yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik yang berada di wilayah PLTP.

i.           Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh dua buah pompa pendingin utama (main cooling water pump) ke menara pendingin (cooling tower) untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m³/jam. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan sistem pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh PLTU konvesional.

j.     Main Cooling Water Pump (MCWP)
Main cooling water pump (MCWP) adalah pompa pendingin utama yang berfungsi untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian didinginkan.

k.    Cooling Tower
Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan ke dalam bak (hot water basin) yang terdapat di bagian atas cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle yang berfungsi untuk memancarkan air sehingga menjadi butiran butiran halus dan didinginkan dengan cara kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses pendinginan, air akan turun karena gaya gravitasi untuk seterusnya menuju bak penampung air (cool water basin) yang terdapat di bagian bawah cooling tower dan seterusnya dialirkan ke kondensor yang sebelumnya melewati 4 buah screen untk menyaring kotoran – kotoran yang terdapat dalam air.
Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap ke atas dengan kipas hisap paksa tipe aksial. Setiap kipas digerakkan oleh motor listrik induksi dengan perantaraan gigi reduksi (reduction gear). Cooling tower dilengkapi dengan sistem pembasah (wetting pump system) yang gunanya untuk memompakan air dari cool water basin dan disemprotkan ke semua bagian dari cooling tower agar kondisi kayu tetap basah.

2.4     Kelebihan dan Kekurangan PLTP
          Adapun kelebihan dan kekurangan PLTP adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
·        bebas emisi (binary cycle)
·        dapat bekerja setiap hari baik siang maupun malam
·        sumber tidak fluktuatif dibanding dengan energi terbarukan lainnya (angin, solar cell, dan sebagainya)
·        tidak memerlukan bahan bakar 
·        tidak boros lahan
·        pembangunan di lokasi terpencil
Kekurangan :
·     menyebabkan kandungan H2S meningkat yang bersifat korosit sehingga dapat menyebabkan peralatan mesin maupun listrik berkarat
·       ancaman hujan asam
·     efisiensi agak rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar, sehingga efisiensi bukan merupakan faktor yang sangat penting
·       untuk teknologi dry dan flash steam masih menghasilkan emisi walaupun sangat kecil
·       penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi dan amblesan
·       menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber mata air tanah


BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1     Kegiatan Usaha Panas Bumi
Kegiatan usaha panas bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya panas bumi sampai dengan pemanfaatannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Tahapan kegiatan usaha panas bumi meliputi:

a)    Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya sumber daya panas bumi serta wilayah kerja.

b)    Eksplorasi
Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk memperoleh dan menambah informasi kondisi geologi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan perkiraan potensi panas bumi.
Dengan beberapa asumsi antara lain tebal reservoir = 2 km, recovery factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan lifetime = 30 tahun, maka potensi energi terduga panas bumi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Lump Parameter. Dari persamaan tersebut dan data luas daerah prospek ± 2 km2, temperatur reservoir diperkirakan sekitar 199 oC dan temperatur cut off 120 oC, maka potensi energi di daerah panas bumi Danau Ranau dapat menghasilkan energi sebanyak ± 37 MW.

c)    Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan panas bumi untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha pertambangan panas bumi, termasuk penyelidikan atau studi jumlah cadangan yang dapat dieksploitasi.

d)    Eksploitasi
Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu yang meliputi pengeboran sumur pengembangan dan sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan operasi produksi sumber daya panas bumi.

e)    Pemanfaatan
·       Pemanfaatan tidak langsung untuk tenaga listrik adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit tenaa listrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri
·      Pemanfaatan langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi dan atau fluida panas bumi untuk keperluan non listrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri.

Kegiatan pengusahaan sumber daya panas bumi dilaksanakan pada suatu wilayah kerja. Beberapa hal yang penting dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan panas bumi antara lain :
·       batas dan luas wilayah kerja ditetapkan oleh pemerintah
·       wilayah kerja yang akan ditawarkan kepada badan usaha diumumkan secara terbuka
·       menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing
melakukan penawaran wilayah kerja dengan cara lelang
·       pengusahaan sumber daya panas bumi dilakukan oleh badan usaha setelah mendapat IUP
(Izin Usaha Pertambangan) dari menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing
·       IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan panas bumi di suatu wilayah
kerja pertambangan (WKP) panas bumi
·       pemegang IUP wajib menyampaikan rencana jangka panjang eksplorasi dan eksploitasi
kepada menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing yang mencakup rencana kegiatan dan rencana anggaran serta menyampaikan besarnya cadangan

3.2     Pengadaan Turbin
Salah satu pekerjaan dalam pembangunan pembangkit listrik adalah pengadaan turbin pembangkit. Turbin dengan tipe back pressure merupakan pilihan tepat dibandingkan dengan turbin dengan kondensor (condensing turbine). Alasan ini mengingat biaya konstruksi termasuk peralatan lebih murah karena tidak memerlukan fasilitas kondensasi yang rumit seperti kondensor, cooling tower, pengekstraksi gas, pemipaan air pendingin, dan lain - lain. Pada turbin back pressure, perangkat utama adalah turbin itu sendiri dan fasilitas listrik seperti generator dan transformator, sehingga tidak memerlukan area luas untuk penempatan rumah pembangkitnya. Selain itu jenis turbin ini sangat mudah dipindah-pindahkan. Kelemahan dari jenis turbin ini adalah memerlukan jumlah uap yang lebih besar dari condesing turbine untuk menghasilkan daya yang sama di generator. Selain itu karena uap setelah memutar turbin langsung dibuang ke udara maka masalah yang mungkin timbul adalah kebisingan, asap putih dan konsentrasi gas-gas tak terkondensasi atau non condesable gas (NCG seperti CO2, H2S) di udara.

3.3     Lokasi Turbin atau Rumah Pembangkit
Seperti telah dijelaskan bahwa ruang untuk turbin back pressure tidak memerlukan lahan yang terlalu luas. Faktor penting dalam pemilihan lokasi rumah pembangkit antara lain faktor bahaya geologi seperti longsor, dan letusan hidrotermal dengan memperhatikan kemiringan topografi, letak manifestasi panas bumi sekarang dan daerah lemah yang memungkinkan munculnya manifestasi baru paska produksi. Faktor lain yang penting adalah jarak dengan sumur - sumur yang diharapkan mensuplai uap tidak terlalu jauh sehingga tidak menimbulkan penurunan panas yang berarti dalam pipa. Kemudahan pembebasan lahan, dan terbebas lokasi dari pemukiman penduduk merupakan faktor sosial ekonomi yang paling penting.

3.4     Rencana Pemipaan Sumur Pengembangan
Dengan pemilihan lokasi rumah pembangkit yang tepat akan menjadi pertimbangan dalam efisiensi rencana pemipaan yang merupakan jalur uap dari sumur ke pembangkit. Rencana pemipaan dan termasuk rumah pembangkit diperkirakan memerlukan lahan. Program pemipaan meliputi persiapan lahan dan pemasangan pipa.

3.5     Peramalan Beban
Peramalan beban diperlukan dalam proses perencanaan pembangunan pembangkit karena dengan mengetahui perkiraan kebutuhan ke depan bisa dibangun sebuah pembangkit yang bisa memenuhi kebutuhan beban selama masa produksi dari pembangkit.

3.6     Biaya Pengembangan Lapangan Uap
Biaya pengembangan lapangan uap terdiri atas :
a.     Biaya survei eksplorasi
Terdiri atas biaya survei pendahuluan dan biaya survey rinci (fase prakelayakan). Biaya survei pendahuluan adalah biaya yang dikeluarkan untuk survei geoscientific awal yang terdiri dari survei geologi dan geokimia pada daerah-daerah panas bumi yang paling potensial atau di sekitar manifestasi panas permukaan. Berdasarkan hasil survei ini dapat ditentukan apakah pada daerah prospek yang diteliti tersebut cukup layak untuk dilakukan survei lebih lanjut.
Biaya survey rinci adalah biaya yang dikeluarkan untuk survei geologi, geokimia dan geofisika dan pemboran dangkal yang dilakukan untuk untuk mencari gambaran daerah prospek panas bumi yang mencakup luas daerah potensial, kedalaman reservoir, perkiraan karakteristik fluida dan potensi cadangan panas buminya serta untuk mencari lokasi dan target pemboran eksplorasinya.
 
b.    Biaya pemboran sumur (sumur eskplorasi, pengembangan, injeksi, make up)
Biaya pemboran sumur terdiri atas biaya untuk sewa rig, ongkos pengangkutan alat pemboran ke lokasi serta pemasangannya, biaya casing, bit, lumpur, semen bahan kimia, fasilitas kepala sumur, pengangkutan casing dari pabrik ke tempat penyediaan dan biaya analisa core. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemboran antara lain adalah jenis sumur (tegak atau miring), lokasi sumur, kedalaman sumur, teknologi pemboran yang digunakan, diameter pipa selubung, Sumur eksplorasi pada umumnya lebih mahal dari sumur pengembangan disebabkan oleh :
·   pemboran sumur eksplorasi memerlukan data yang paling lengkap dan seteliti mungkin dikarenakan ketidakpastian yang tinggi
·   kebutuhan untuk meneliti kondisi reservoir semaksimal mungkin dengan pemboran sedalam mungkin
·  di dalam pemboran sumur eksplorasi, pengukuran, logging dan coring dilakukan lebih sering dibandingkan dengan pemboran pengembangan
·  hal-hal lain yang sering menyebabkan keterlambatan penyelesaian pemboran menyangkut hilang sirkulasi pada kedalaman dangkal, terjepitnya rangkaian pemboran karena runtuhnya formasi
c.     Biaya lahan, jalan, persiapan lahan dan lain-lain
Yang termasuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya pembelian dan pembebasan lahan, penyiapan jalan masuk ke lokasi (road), dan perataan lahan (excavation).
d.    Biaya fasilitas produksi
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan uap panas bumi terdiri dari separator, pemipaan, silencer, scrubber, valve, instrumentasi dan gauge. Separator hanya diperlukan untuk lapangan dengan sistem dominasi air. Pemakaian separator dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menempatkan separator pada setiap sumur dan dengan pemusatan separator yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi pembangkit listriknya. Cara pertama mempunyai keuntungan berupa pengurangan resiko dalam mentransportasikan fluida dua fasa terutama pada topografi kasar serta mengurangi biaya penggunaan lahan dan pipa air. Biaya yang diperlukan sangat bervariasi, tergantung pada panjang, jenis dan diameter pipa serta jumlah separator yang diperlukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh besarnya kapasitas pembangkit.
e.     Biaya operasi dan pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan proyek panas bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan lapangan uap dan pembangkit listrik. Biaya operasi dan pemeliharaan lapangan uap mencakup biaya untuk monitoring, pemeliharaan, operasi lapangan, gaji manajemen dan pekerja, transportasi dan lain-lain. Biaya ini dikeluarkan untuk mempertahankan efektifitas dan
efisiensi management dan operasi lapangan.
f.     Biaya sarana penunjang
Biaya lain yang termasuk dalam biaya pengembangan lapangan uap adalah biaya untuk pembangunan fasilitas penunjang terdiri dari biaya pembangunan perkantoran, laboratorium, perumahan manajemen dan karyawan, fasilitas umum, gudang, kafetaria, sarana ibadah, fasilitas pemadam kebakaran, fasilitas air bersih, bengkel, fasilitas kesehatan dan lain-lain. Besarnya biaya fasilitas penunjang sangat tergantung dari besar kecilnya kapasitas listrik proyek yang dibangun atau secara langsung terkait dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

3.7     Biaya Pembangkit Listrik
Yang termasuk dalam biaya power plant adalah biaya penyiapan jalan masuk ke lokasi PLTP (road), pembebasan dan perataan lahan (land cost and excavation), perencanaan rinci (detailed engineering), fasilitas pembangkit listrik (plant facilities), perakitan dan pemasangan peralatan PLTP (construction and installation) dan pekerjaan pembangunan gedung PLTP, perkantoran, laboratorium, fasilitas umum dan lain-lain (civil work). Biaya operasi dan pemeliharaan untuk pembangkit listrik pada dasarnya adalah biaya untuk mempertahankan pembangkit listrik berjalan dengan efisiensi tetap maksimal. Pada umumnya, sekali dalam setahun turbin panas bumi harus mengalami overhaul agar berjalan optimum.
Untuk menghitung biaya pembangkit total tanpa biaya eksternal diperoleh dari penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar, serta biaya operasional dan pemeliharaan.
biaya pembangkitan = CC + FC + GS
dimana :
CC       :    capital cost (biaya modal)
FC       :    fuel cost (biaya bahan bakar)
OMC  :    operation and maintenance cost  (biaya operasi dan pemeliharaan)

3.8     Penilaian Kelayakan Pengembangan Lapangan Panas Bumi
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelayakan pengembangan lapangan panas bumi adalah sebagai berikut :
1.     Pengkajian sistem panas bumi (geothermal resource assesment) merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan dalam menilai kelayakan pengembangan suatu lapangan. Jenis-jenis data yang dikaji tergantung dari kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah panas bumi tersebut. Tujuan utama dari pengkajian data adalah untuk memperkirakan jenis reservoir beserta kedalaman, ketebalan dan luasnya, serta perkiraan tentang tekanan dan temperatur, jenis dan sifat batuan, jenis fluida reservoir. Berdasarkan data yang telah diperoleh kemudian dibuat model konseptual dari sistem panas bumi yang sedang dikaji. Gambaran mengenai sistim panas bumi di suatu daerah biasanya dibuat dengan memperlihatkan sedikitnya lima komponen, yaitu sumber panas, reservoir dan temperaturnya, sumber air, serta manifestasi panas bumi permukaan yang terdapat di daerah tersebut. Komponen lain yang sering diperlihatkan dalam model adalah penyebaran batuan, jenis dan arah aliran air di bawah permukaan. Model sistem panas bumi dibuat berdasarkan hasil evaluasi data geologi, hidrologi, geofisika, geokimia dan data sumur.
2.      Menghitung besarnya sumber daya, cadangan dan potensi listrik
3.    Mengkaji apakah suatu sumber daya panas bumi dimaksud tepat untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Apabila energi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik maka langkah selanjutnya adalah menentukan rencana pengembangan PLTP. Rencana pengembangan meliputi penentuan kapasitas PLTP yang akan dibangun, jumlah turbin serta kapasitas masing-masing turbin serta menentukan alternatif pengembangan lapangan.
4.     Menentukan rencana pengembangan lapangan uap meliputi penentuan jumlah sumur produksi, injeksi dan sumur cadangan (make up well). Probabilitas keberhasilan pemboran pengembangan dapat diperkirakan berdasarkan data jumlah sumur yang berhasil dan jumlah sumur yang gagal di prospek yang telah dilakukan pemboran eksplorasi sumur dalam (probabilitas keberhasilan pemboran eksplorasi).
5.     Melakukan simulasi reservoir untuk memperkirakan kinerja reservoir. Simulasi atau pemodelan reservoir merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam penilaian kelayakan pengembangan suatu lapangan karena hasil pemodelan biasanya digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam menetapkan strategi pengembangan lapangan. Dari model reservoir yang dibuat dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi di bawah permukaan yang meliputi distribusi sebaran permeabilitas, tekanan, temperatur, konduktivitas. Hasil simulasi juga dapat memberikan perkiraan tentang energi panas yang terkandung di dalamnya sebelum reservoir diproduksikan. Pemodelan tahap lanjutan dilakukan untuk meniru kinerja reservoir untuk berbagai skenario pengembangan lapangan.
6.    Menentukan biaya pengusahaan panas bumi, meliputi biaya sumur eksplorasi, biaya sumur pengembangan, biaya fasilitas produksi, biaya PLTP, biaya operasi dan perawatan.
5.     Menentukan jadwal pelaksanan pekerjaan.
6.     Menentukan penyebaran investasi.
7.     Menentukan parameter-parameter ekonomi
8.     Untuk masing-masing kasus (alternatif) dibuat analisa yang sama dan kemudian diperbandingkan satu sama lain.

3.9     Analisa Dampak Lingkungan
a.    Dampak negatif
·           berkurangnya lahan produktif karena harus ada pembebasan lahan untuk pembangunan PLTP
·           penurunan kualitas udara oleh debu akibat arus mobilisasi material - material pembangunan dan para pekerja proyek.
·           timbulnya polusi suara (kebisingan) dan getaran pada saat pengoperasian pembangkit
·           penurunan kualitas dan kuantitas air tanah selama masa pengoperasian pembangkit
·           gangguan ekosistem karena pengaruh belerang dan air panas dari sumur panas bumi

b.    Dampak Positif
·           meningkatnya pendapatan pemerintah
·           timbulnya lapangan kerja baru
·           belerang yang diolah dan dimanfaatkan dapat dijual

 
BAB IV
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
1.    Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas bumi sebagai energi penggeraknya. Teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dibagi menjadi 3 macam, yaitu : dry steam, flash steam, dan binary cycle.
2.   Panas bumi adalah sumber energi sebagai panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Berdasarkan kondisi geologinya, sumber panas bumi di Indonesia dibedakan menjadi tiga golongan yaitu energi panas bumi uap panas, energi panas bumi air panas, dan energi panas bumi batuan panas.
3.   Komponen utama PLTP antara lain steam receiving header, vent structure, separator, demister, turbin, generator, trafo utama (main transformer), switch yard, kondensor, main cooling water pump (MCWP), dan cooling tower.
4.  Tahapan kegiatan untuk menemukan sumber daya panas bumi meliputi survey pendahuluan, eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, dan pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.  Pengadaan turbin pembangkit dengan tipe back pressure merupakan pilihan tepat mengingat biaya konstruksi termasuk peralatan lebih murah karena tidak memerlukan fasilitas kondensasi yang rumit seperti condensor, cooling tower, pengekstraksi gas, pemipaan air pendingin, dan lain - lain. Faktor penting dalam pemilihan lokasi turbin atau rumah pembangkit antara lain faktor bahaya geologi seperti longsor dan letusan hidrotermal dengan memperhatikan kemiringan topografi, letak manifestasi panas bumi sekarang, daerah lemah yang memungkinkan munculnya manifestasi baru paska produksi, dan jarak dengan sumur - sumur yang diharapkan mensuplai uap tidak terlalu jauh.