Fenomena cuaca ekstrim seperti curah hujan yang tinggi dengan periode yang singkat, kadang-kadang disertai dengan angin kencang (puting beliung), petir serta hujan es merupakan akibat dari dampak pemanasan yang tidak merata yang mengakibatkan massa udara dingin dan panas akan bersinggungan pada wilayah yang sempit dan menyebabkan turbulensi udara, sehingga akan menimbulkan terjadinya awan-awan konvektif yang cukup banyak dengan periode tumbuhnya yang cukup cepat seperti awan Cumulus Congestus dan Cumulonimbus (Cb).
Adapun awan-awan konvektif tersebut antara lain Cumulus Congestus dan Cumulonimbus (Cb). Awan Cumulus Congestus adalah seperti awan Cumulonimbus, perbedaannnya pada awan Cumulus Congestus belum cukup tinggi sehingga belum terbentuk puncak yang berwarna putih. Awan Cumulus adalah jenis awan kecil yang menjulang ke atas dengan dasar awan antara 600-1000 meter, tinggi puncaknya antara 1500-5000 meter. Cumulus kecil yang berbentuk seperti kapas tidak menimbulkan hujan, sedangkan Cumulus besar yang kehitam-hitaman dapat menghasilkan hujan lokal ringan.
Awan Cumulonimbus (Cb) adalah awan Cumulus yang besar dan menjulang tinggi sebagai awan hujan yang disertai angin kencang dan petir. Dasar awan Cumulonimbus antara 100-600 meter, sedangkan puncaknya dapat mencapai ketinggian 15 kilometer atau mencapai ketinggian tropopause. Dalam awan Cumulonimbus dapat terjadi batu es (hail), guruh, kilat, hujan deras dan kadang-kadang terjadi angin ribut (puting beliung). Awan Cumulonimbus bisa muncul dimana saja karena pemanasan matahari atau gerak vertikal, di tanah lapang atau tempat terbuka dengan panas matahari berlebih, sehingga dalam kondisi ini tekanan rendah terjadi dan akan terjadi perpindahan sejumlah massa udara ke tempat yang bertekanan rendah itu. Biasanya terlihat berupa angin berputar kecil dengan kecepatan tidak begitu tinggi dan hanya mampu menerbangkan benda-benda ringan ke udara, seperti kertas, daun kering, sampah plastik, debu dan pasir.
Adapun fase pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) adalah sebagai berikut :
- Pada fase tumbuh, awan calon Cumulonimbus akan terlihat tumbuh pesat terutama komponen vertikalnya karena seluruh gerakan atau arus dalam pertumbuhan awan bergerak ke atas sehingga semakin besar dan dapat menjulang tinggi di angkasa hingga ketinggian 15 kilometer. Substansi awan ini, semuanya berupa butiran air sampai ketinggian 5 kilometer dan butiran air bercampur salju (sampai puncaknya) sekitar 8 kilometer.
- Fase dewasa atau matang tercapai jika puncak awan sudah membentuk landasan dengan bagian atas berbentuk datar karena awan padat ini mendapat tekanan dari tropopause yang sangat stabil dan panas. Pada fase ini substansinya berupa butiran salju di bagian bawah, bagian tengah berupa butiran air campur salju dan bagian puncak semuanya berupa butiran es (kristal). Pada tahap ini pula, arus udara dalam awan naik (up draft) dan turun (down draft) sehingga kristal-kristal es bisa menembus bagian bawah dan tengah. Dari sinilah lahirnya mekanisme hujan es (hail). Dan di antara arus udara naik dan turun ini terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi tertentu tabung puntiran angin dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai gajah sehingga menimbulkan angin puting beliung.
- Fase dissipasi (pelenyapan), ditandai dengan adanya arus udara ke bawah yang lemah di seluruh sel. Fase ini disertai dengan intensitas hujan yang makin menurun dari hujan sedang menuju hujan ringan.
No comments:
Post a Comment