Saturday, February 9, 2013

Analisis Intensitas Siklon Tropis



Analisis Intensitas Siklon Tropis Lua

Tanggal 16 Maret 2012 Jam 10.00 UTC

Pada Citra Satelit Meteorologi Dengan Metode Dvorak



Isti Ma’atun Nasichah

Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang




ABSTRAK

Siklon tropis adalah istilah untuk sistem bertekanan rendah yang berkembang di wilayah tropis dekat garis khatulistiwa. Siklon Lua muncul pertama kali tanggal 9 Maret 2012 pada posisi 14° LS, 112° BT di Samudera Hindia barat laut Australia.

Penulis menggunakan data citra satelit MTSAT channel IR1 yang diperoleh dari BOM dengan LRITAPL pada saat kejadian siklon tropis Lua tanggal 9 – 18 Maret 2012. Untuk menganalisa intensitas siklon hanya digunakan data citra satelit tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah teknik Dvorak yang diolah dengan GMSLPD.

Pada tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC, pola perawanan siklon Lua adalah pola Curved Band dengan pusat siklon pada posisi 16,27° LS , 116,93° BT dan berada dalam kategori typhoon. Intensitas siklon Lua berupa kecepatan angin maksimum (MSW) sebesar 71 knot dan tekanan minimum permukaan laut (MSLP) sebesar 965hPa.

Kata Kunci : Kabut, Kabut Radiasi 
 

1.        PENDAHULUAN

Indonesia berada di daerah ekuator tepatnya pada 94° BT sampai 141° BT dan 6° LU sampai 11° LS. Hal ini menyebabkan Indonesia dapat dikatakan bebas dari jejak siklon tropis. Tetapi efek dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai tempat di Indonesia.

Aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) menghasilkan tekanan rendah (Tropical Depression) yang diberi nama Lua pada 14° LS, 112° BT di Samudera Hindia barat laut Australia pada tanggal 9 Maret 2012. Tekanan rendah bergerak ke selatan secara perlahan dan semakin intensif. Sistem mencapai tahap Tropical Cyclone pada tanggal 14 Maret jam 01.00 UTC dan mencapai tahap Severe Tropical Cyclone tanggal 16 Maret.  Tanggal 17 Maret jam 01.00 UTC, Lua bergerak ke arah selatan - tenggara dan mencapai tahap Typhoon. Siklon Lua memasuki daratan Australia sebelah barat laut pada tanggal 17 Maret jam 08.00 UTC dan punah pada tanggal 18 Maret jam 04.00 UTC.
Siklon Lua merupakan siklon ke-5 di Region Barat selama periode 2011 – 2012.  Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui tekanan terendah pada siklon Lua mencapai 930 hPa dan kecepatan angin maksimum 165 kilometer per jam. Dampak signifikan dari siklon tropis ini menyebabkan kerusakan bangunan, pohon tumbang, dan banjir. 

1.        TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Siklon Tropis
Secara meteorologi, siklon tropis adalah istilah genetik untuk sistem bertekanan rendah yang berkembang di wilayah tropis dekat garis khatulistiwa. Siklon tropis merupakan pusaran angin kencang yang diameternya dapat mencapai 200 km dengan kecepatan angin di atas 200 km/jam dengan jarak trayektori (jauh lintasan) dapat mencapai 1000 km. Setiap tahun badai dapat tumbuh dan berkembang di daerah samudra yang ada di permukaan bumi. Sebuah sirkulasi belum dapat disebut sebagai badai jika tidak memenuhi beberapa kualifikasi salah satunya adalah memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63 km/jam). (Zakir, 2006).
Kebanyakan siklon tropis (65%) terbentuk di daerah antara 10° dan 20° dari ekuator, sedikit sekali (±13%) yang muncul pada lintang 22° U, dan siklon tropis tidak muncul di daerah 4° dari ekuator. Tidak munculnya siklon tropis di daerah sekitar ekuator menunjukan pentingnya rotasi bumi dan gaya Corioli dalam pembentukan siklon tropis. (Tjasyono, 1999). Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena energi siklon tropis di dapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.
Sebuah siklon tropis kuat mempunyai struktur sebagai berikut :

  • ·     CDO (Central Dense Overcast), merupakan daerah menyerupai pita melingkar di sekitar inti yang padat akan awan, hujan dan badai petir.
  • ·    Mata, pada siklon tropis kuat berbentuk lubang melingkar di pusat sirkulasinya, umumnya tenang dan tidak berawan. Pada siklon tropis lemah, CDO menutupi pusat sirkulasi sehingga mata tidak terlihat.
  • Dinding mata, menyerupai pita melingkar di sekitar mata yang memiliki intensitas angin dan konveksi panas paling tinggi. Pada siklon tropis, kondisi pada dinding mata yang paling berbahaya.
  • ·     Aliran keluar (outflow), pada bagian atas siklon tropis angin bergerak keluar dari pusat dengan arah putaran berlawanan dengan siklon, sedangkan pada bagian bawah angin berputar kuat, melemah seiring dengan pergerakan naik dan akhirnya berbalik arah.

  • ·      Tekanan udara permukaan rendah siklon tropis berputar di sekitar daerah bertekanan udara permukaan rendah. Dari seluruh tekanan udara pada ketinggian permukaaan air laut yang terukur maka tekanan udara di daerah siklon tropis merupakan yang terendah.
  • ·       Inti hangat uap air yang naik ke atmosfer yang dingin akan mengembun dan melepaskan panas yang kemudian didistribusikan secara vertikal pada bagian inti siklon tropis yang menyebabkannya terasa hangat.

Siklon tropis umumnya tumbuh dan berkembang di perairan tropis yang hangat, dengan beberapa syarat dan kondisi yang harus terpenuhi, yaitu :
·       -  Suatu lautan luas  homogen yang terletak antara 10° - 20° baik LU atau LS.
·       -  Suhu muka lautnya di atas 27°C.
·       -  Beda antara suhu muka laut dan suhu udara di atasnya sekitar 2°C.
·       -  Kelembaban udara tinggi.
·       -  Adanya gangguan misalnya pusaran dan Gelombang Timuran. (Soerjadi, 1995).

Siklon tropis dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori antara lain adalah :
1.   Tropical Depression ( TD ), yaitu siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya kurang dari 63 km/jam, dan pusatnya belum jelas.
2.    Tropical Strom ( TS ), kecepatan angin maksimum antara 63 – 87 km/jam.
3.    Severe Tropical Strom ( STS ), siklon tropis yang memiliki kecepatan angin maksimum sebesar 88 – 117 km/jam.
4.   Typhoon ( T ), siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya lebih dari 118 km/jam. (Bureau of meteorology Australia. 2007).

Sedangkan siklus hidup siklon tropis dapat dibagi menjadi empat tahapan mulai dari proses pembentukannya hingga saat kepunahannya, yaitu :
1. Tahap Pertumbuhan, ditandai dengan adanya gangguan pada arus timuran dan shearline pada arus pokok sehingga terbentuk seperti mangkuk dekat pusat gelombang, kemudian  tumbuh vortex diikuti dengan penurunan  tekanan secara perlahan  – lahan.
2. Tahap Remaja (belum  dewasa), siklon sudah tampak dan tekanan permukaan sudah di bawah 1000 mb, pada streamline pola angin sudah tampak jelas, medan anginnya ditandai dengan  meluasnya sirkulasi pada arah horizontal dan vertikal.
3. Tahap Dewasa, diketahui dengan penurunan tekanan paling minimum pada daerah pusat siklon tropis, kecepatan angin makin besar, aktivitas cuacanya semakin buruk dan terbentuk mata siklon.
4. Tahap Punah, terjadi ketika siklon tropis memasuki daerah lautan yang panas latennya rendah atau telah memasuki daratan sehingga tidak ada lagi sumber tenaga, dalam hal ini memasuki daerah yang uap airnya rendah.

Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, namun demikian keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia seperti daerah pumpunan angin, daerah belokan angin, dan daerah defisit kelembaban.

2.2  SATAID Dvorak (GMSLPD)

Dalam usaha pencegahan bencana alam yang berkaitan dengan meteorologi, seperti siklon tropis dan hujan lebat, peran satelit meteorologi dalam memprakirakan cuaca tidak dapat diragukan lagi. Namun, untuk lebih mengefektifkan penggunaan satelit meteorologi, adalah penting untuk menganalisa citra dan mengambil informasi darinya. Saat ini tidak ada cara lain selain menganalisa citra satelit secara subyektif melalui mata penglihatan manusia, sedangkan analisis yang berkualitas membutuhkan penguasaan interpretasi citra secara baik.
Saat ini, perkembangan komputer dapat mempermudah tampilan citra satelit ke layar komputer. Meteorological Satellite Center JMA telah mengembangkan suatu sistem Computer Aided Learning (MSC-CAL) untuk menampilkan citra satelit sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan analisa citra. Sistem inilah yang kemudian disebut “SATAID” (Satellite Animation and Interactive Diagnosis). Selain program dasar, terdapat satu program dari SATAID yaitu program GMSLPD yang didesain dengan fungsi-fungsi yang berguna untuk keperluan analisis siklon tropis. Berikut adalah tampilan program GMSLPD.
Metode yang digunakan dalam program ini adalah teknik Dvorak. Metode ini sangat dipengaruhi oleh pandangan subyektif seorang prakirawan namun metode ini berguna dan mudah. Meteorological Satellite Center (MSC) of Japan Meteorological Agency menggunakan teknik Dvorak dan citra GMS untuk memprakirakan intensitas. Teknik Dvorak dibagi menjadi analisa VIS menggunakan citra visible dan analisa EIR (enhanced infrared images) menggunakan citra inframerah yang telah dimodifikasi gradasi warnanya. Dalam hal ini MSC lebih menggunakan analisa EIR obyektif daripada analisa VIS untuk memprakirakan intensitas. Dvorak (1984) mengkaitkan perkembangan model pola perawanan dengan intensitas siklon tropis (kecepatan angin maksimum, tekanan minimum permukaan laut) menggunakan suatu pendekatan statistik, dan menciptakan sebuah metode untuk memprakirakan intensitas dari pola perawanan. 

Teknik Dvorak menggambarkan tingkat perkembangan sistem awan menggunakan T-number dan CI-number (merupakan sebuah fungsi dari T-number dan perlemahan dari typhoon).  CI-number dan kecepatan angin maksimum (rata-rata 10 menitan) dari sebuah typhoon berkorelasi secara statistik. Tekanan pada pusat typhoon diperkirakan dari CI-number berdasarkan pada hubungan statistik dengan kecepatan angin maksimum. 

3.        DATA DAN METODE

3.1.  Data
Data yang digunakan dalam kajian ini berupa data citra satelit MTSAT channel IR1 yang diperoleh dari BOM dengan LRITAPL pada saat kejadian siklon tropis Lua tanggal 9 – 18 Maret 2012. Untuk menganalisa intensitas siklon hanya menggunakan data citra satelit tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC.

3.2.  Metode
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah teknik Dvorak. Secara umum, analisa intensitas siklon tropis dengan menggunakan data citra satelit yang diolah dengan GMSLPD adalah sebagai berikut.
1.   Menjalankan program GMSLPD (SATAID Dvorak).
2.   Meregister data citra satelit IR1 tanggal 9 – 18 Maret 2012.
3.   Menganimasikan citra yang telah di register dan memperhatikan perkembangan siklon tropis tersebut.
4.   Melakukan analisa EIR – Analysis Diagram dari Dvorak untuk data citra satelit tanggal 16 Maret jam 10.00 UTC. 
5.  Melakukan identifikasi CI-number hingga didapat intensitas siklon tropis berupa kecepatan angin maksimum dan tekanan minimum permukaan laut dengan menggunakan tabel berikut.

 
 

1 comment: