Analisis Intensitas Siklon
Tropis Lua
Tanggal 16 Maret 2012 Jam
10.00 UTC
Pada Citra Satelit
Meteorologi Dengan Metode Dvorak
Isti
Ma’atun Nasichah
Stasiun Meteorologi Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang
Email : icty_monkorro@yahoo.co.id
ABSTRAK
Siklon tropis adalah istilah
untuk sistem bertekanan rendah yang berkembang di wilayah tropis dekat garis
khatulistiwa. Siklon Lua muncul pertama kali tanggal 9 Maret 2012 pada posisi
14° LS, 112° BT di Samudera Hindia barat laut Australia.
Penulis menggunakan data citra satelit MTSAT channel IR1
yang diperoleh dari BOM dengan LRITAPL pada saat kejadian siklon tropis Lua
tanggal 9 – 18 Maret 2012. Untuk menganalisa intensitas siklon hanya digunakan
data citra satelit tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC. Metode yang digunakan
dalam kajian ini adalah teknik Dvorak yang diolah dengan GMSLPD.
Pada
tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC, pola perawanan siklon Lua adalah pola Curved Band dengan
pusat siklon pada posisi 16,27° LS , 116,93° BT dan berada dalam
kategori typhoon. Intensitas siklon Lua berupa kecepatan angin maksimum (MSW)
sebesar 71 knot dan tekanan minimum permukaan laut (MSLP) sebesar 965hPa.
Kata Kunci :
Kabut, Kabut Radiasi
1.
PENDAHULUAN
Indonesia
berada di daerah ekuator tepatnya pada 94° BT sampai 141° BT dan 6° LU sampai
11° LS. Hal ini menyebabkan Indonesia
dapat dikatakan bebas dari jejak siklon tropis. Tetapi efek dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi
cuaca di berbagai tempat di Indonesia.
Aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) menghasilkan
tekanan rendah (Tropical Depression)
yang diberi nama Lua pada 14° LS, 112° BT di Samudera Hindia barat laut
Australia pada tanggal 9 Maret 2012. Tekanan
rendah bergerak ke selatan secara perlahan dan semakin intensif. Sistem mencapai
tahap Tropical Cyclone pada tanggal 14
Maret jam 01.00 UTC dan mencapai tahap Severe
Tropical Cyclone tanggal 16 Maret. Tanggal
17 Maret jam 01.00 UTC, Lua bergerak ke arah selatan - tenggara dan mencapai
tahap Typhoon. Siklon Lua memasuki daratan Australia sebelah barat laut pada tanggal 17 Maret jam 08.00 UTC dan punah pada tanggal 18 Maret jam 04.00 UTC.
Siklon
Lua merupakan siklon ke-5 di Region Barat selama periode 2011 – 2012. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui
tekanan terendah pada siklon Lua mencapai 930 hPa dan kecepatan angin maksimum
165 kilometer per jam. Dampak signifikan dari siklon tropis ini menyebabkan
kerusakan bangunan, pohon tumbang, dan banjir.
1.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Siklon Tropis
Secara meteorologi, siklon tropis adalah
istilah genetik untuk sistem bertekanan rendah yang berkembang di wilayah
tropis dekat garis khatulistiwa. Siklon tropis merupakan pusaran angin kencang
yang diameternya dapat mencapai 200 km dengan kecepatan angin di atas 200
km/jam dengan jarak trayektori (jauh lintasan) dapat mencapai 1000 km. Setiap
tahun badai dapat tumbuh dan berkembang di daerah samudra yang ada di permukaan
bumi. Sebuah sirkulasi belum dapat disebut sebagai badai jika tidak memenuhi
beberapa kualifikasi salah satunya adalah memiliki kecepatan angin lebih dari
34 knot (63 km/jam). (Zakir, 2006).
Kebanyakan siklon tropis (65%) terbentuk di daerah
antara 10° dan 20° dari ekuator, sedikit sekali (±13%) yang muncul pada lintang
22° U, dan siklon tropis tidak muncul di daerah 4° dari ekuator. Tidak
munculnya siklon tropis di daerah sekitar ekuator menunjukan pentingnya rotasi
bumi dan gaya
Corioli dalam pembentukan siklon tropis. (Tjasyono, 1999). Masa
hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena
energi siklon tropis di dapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan
melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin
atau memasuki daratan.
Sebuah siklon tropis kuat mempunyai struktur sebagai berikut :
- · CDO (Central Dense Overcast), merupakan daerah menyerupai pita melingkar di sekitar inti yang padat akan awan, hujan dan badai petir.
- · Mata, pada siklon tropis kuat berbentuk lubang melingkar di pusat sirkulasinya, umumnya tenang dan tidak berawan. Pada siklon tropis lemah, CDO menutupi pusat sirkulasi sehingga mata tidak terlihat.
- Dinding mata, menyerupai pita melingkar di sekitar mata yang memiliki intensitas angin dan konveksi panas paling tinggi. Pada siklon tropis, kondisi pada dinding mata yang paling berbahaya.
- · Aliran keluar (outflow), pada bagian atas siklon tropis angin bergerak keluar dari pusat dengan arah putaran berlawanan dengan siklon, sedangkan pada bagian bawah angin berputar kuat, melemah seiring dengan pergerakan naik dan akhirnya berbalik arah.
- · Tekanan udara permukaan rendah siklon tropis berputar di sekitar daerah bertekanan udara permukaan rendah. Dari seluruh tekanan udara pada ketinggian permukaaan air laut yang terukur maka tekanan udara di daerah siklon tropis merupakan yang terendah.
- · Inti hangat uap air yang naik ke atmosfer yang dingin akan mengembun dan melepaskan panas yang kemudian didistribusikan secara vertikal pada bagian inti siklon tropis yang menyebabkannya terasa hangat.
Siklon tropis umumnya tumbuh dan berkembang di perairan
tropis yang hangat, dengan beberapa syarat dan kondisi yang harus terpenuhi,
yaitu :
· -
Suatu lautan luas homogen yang
terletak antara 10° - 20° baik LU atau LS.
· -
Suhu muka lautnya di atas 27°C.
· -
Beda antara suhu muka
laut dan suhu udara di atasnya sekitar 2°C.
· -
Kelembaban udara
tinggi.
· - Adanya gangguan
misalnya pusaran dan Gelombang Timuran. (Soerjadi, 1995).
Siklon
tropis dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori antara lain adalah :
1. Tropical
Depression ( TD ), yaitu siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya
kurang dari 63 km/jam, dan pusatnya belum jelas.
2. Tropical Strom ( TS ), kecepatan angin
maksimum antara 63 – 87 km/jam.
3. Severe
Tropical Strom ( STS ), siklon tropis yang memiliki kecepatan angin
maksimum sebesar 88 – 117 km/jam.
4. Typhoon
( T ), siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya lebih dari 118
km/jam. (Bureau of meteorology Australia. 2007).
Sedangkan siklus hidup siklon
tropis dapat dibagi menjadi empat tahapan mulai dari proses pembentukannya
hingga saat kepunahannya, yaitu :
1. Tahap Pertumbuhan, ditandai dengan adanya
gangguan pada arus timuran dan shearline pada arus pokok sehingga terbentuk
seperti mangkuk dekat pusat gelombang, kemudian
tumbuh vortex diikuti dengan penurunan
tekanan secara perlahan – lahan.
2. Tahap Remaja (belum dewasa), siklon sudah tampak dan tekanan
permukaan sudah di bawah 1000 mb, pada streamline pola angin sudah tampak
jelas, medan anginnya ditandai dengan
meluasnya sirkulasi pada arah horizontal dan vertikal.
3. Tahap Dewasa, diketahui dengan penurunan
tekanan paling minimum pada daerah pusat siklon tropis, kecepatan angin makin
besar, aktivitas cuacanya semakin buruk dan terbentuk mata siklon.
4. Tahap Punah, terjadi ketika siklon tropis
memasuki daerah lautan yang panas latennya rendah atau telah memasuki daratan
sehingga tidak ada lagi sumber tenaga, dalam hal ini memasuki daerah yang uap
airnya rendah.
Indonesia
bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, namun demikian keberadaan siklon
tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat
Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi
pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon
tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia
seperti daerah pumpunan angin, daerah belokan angin, dan daerah defisit
kelembaban.
2.2 SATAID Dvorak (GMSLPD)
Dalam usaha
pencegahan bencana alam yang berkaitan dengan meteorologi, seperti siklon tropis dan hujan lebat, peran
satelit meteorologi dalam memprakirakan cuaca tidak dapat diragukan lagi.
Namun, untuk lebih mengefektifkan penggunaan satelit meteorologi, adalah
penting untuk menganalisa citra dan mengambil informasi darinya. Saat
ini tidak ada cara lain selain menganalisa citra satelit secara
subyektif melalui mata penglihatan manusia, sedangkan analisis yang
berkualitas membutuhkan penguasaan interpretasi citra secara baik.
Saat ini, perkembangan komputer dapat mempermudah tampilan
citra satelit ke layar komputer.
Meteorological Satellite Center JMA
telah mengembangkan suatu sistem Computer
Aided Learning (MSC-CAL) untuk menampilkan citra satelit sebagai sarana
pembelajaran dan pelatihan
dalam rangka meningkatkan kemampuan analisa citra. Sistem inilah yang kemudian disebut “SATAID” (Satellite
Animation and Interactive Diagnosis). Selain program dasar, terdapat
satu program dari SATAID yaitu program GMSLPD yang didesain dengan
fungsi-fungsi yang berguna untuk keperluan analisis siklon tropis. Berikut
adalah tampilan program GMSLPD.
Metode yang digunakan dalam program ini adalah
teknik Dvorak. Metode ini sangat dipengaruhi oleh pandangan subyektif seorang
prakirawan namun metode ini berguna dan mudah. Meteorological Satellite
Center (MSC) of Japan Meteorological Agency menggunakan teknik Dvorak dan citra
GMS untuk memprakirakan intensitas. Teknik Dvorak dibagi menjadi analisa VIS
menggunakan citra visible dan analisa EIR (enhanced infrared images)
menggunakan citra inframerah yang telah dimodifikasi gradasi warnanya. Dalam
hal ini MSC lebih menggunakan analisa EIR obyektif daripada analisa VIS untuk
memprakirakan intensitas. Dvorak (1984) mengkaitkan perkembangan model
pola perawanan dengan intensitas siklon tropis (kecepatan angin maksimum,
tekanan minimum permukaan laut) menggunakan suatu pendekatan statistik, dan
menciptakan sebuah metode untuk memprakirakan intensitas dari pola perawanan.
Teknik Dvorak menggambarkan tingkat perkembangan sistem
awan menggunakan T-number dan CI-number (merupakan sebuah fungsi dari T-number
dan perlemahan dari typhoon). CI-number
dan kecepatan angin maksimum (rata-rata 10 menitan) dari sebuah typhoon
berkorelasi secara statistik. Tekanan pada pusat typhoon diperkirakan dari
CI-number berdasarkan pada hubungan statistik dengan kecepatan angin maksimum.
3.
DATA DAN
METODE
3.1. Data
Data yang
digunakan dalam kajian ini berupa data citra satelit MTSAT channel IR1 yang
diperoleh dari BOM dengan LRITAPL pada saat kejadian siklon tropis Lua tanggal
9 – 18 Maret 2012. Untuk menganalisa intensitas siklon hanya menggunakan data
citra satelit tanggal 16 Maret 2012 jam 10.00 UTC.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam kajian
ini adalah teknik Dvorak. Secara umum, analisa intensitas siklon
tropis dengan menggunakan data citra satelit yang diolah dengan GMSLPD adalah
sebagai berikut.
1. Menjalankan program GMSLPD (SATAID
Dvorak).
2. Meregister
data citra satelit IR1 tanggal 9 – 18 Maret 2012.
3.
Menganimasikan citra yang telah di
register dan memperhatikan perkembangan siklon tropis tersebut.
4.
Melakukan analisa EIR – Analysis Diagram
dari Dvorak untuk data citra
satelit tanggal 16 Maret jam 10.00 UTC.
5. Melakukan
identifikasi CI-number hingga didapat intensitas siklon tropis berupa kecepatan
angin maksimum dan tekanan minimum permukaan laut dengan menggunakan tabel berikut.
lanjutannya?
ReplyDelete